yang kuat sehingga dapat diterima oleh masyarakat di dunia pendidikan. Tujuan dari periodesasi Kurikulum yang ditandai dengan pergantian kurikulum dari waktu ke waktu tersebut adalah untuk menyempurnakan struktur kurikulum sebelumnya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.
Menindaklanjuti pemberlakuan
kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini yakni Kurikulum 2013 (Kurtilas) yang
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia. Pembelajaran Kurikulum 2013 menitikberatkan pada
perubahan prilaku dan pada kompetensi yang ingin dicapai seperti sikap sosial,
keterampilan, pengetahuan dan spiritual selain juga cara pembelajarannya yang
holistik integratif dan menyenangkan. Dengan model pembelajaran tersebut
diharapkan interaksi yang komunikatif dan gembira antara guru dengan peserta
didik pada saat penerapan pembelajaran dalam suatu kelas dan lembaga pendidikan
dapat terwujud.
Eksistensi terhadap suatu lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan terletak pada interaksi yang berlangsung pada
saat pembelajaran di dalam kelas. Seorang guru memiliki peran yang sangat besar
dalam mengelola suasana belajar yang berlangsung. Guru harus inovatif dan
kreatif dalam guna mendesain model-model pembelajaran didalam kelas sehingga
peserta didik akan terasa betah dan nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Upaya
yang dilakukan oleh seorang guru harus mampu menarik minat dan semangat peserta
didik dalam belajar. Diharapkan juga seorang guru mampu menjadi motivator bagi
peserta didik pada saat anak tersebut mengalami kesulitan-kesulitan dalam
belajar. Kesulitan tersebut dapat menimbulkan gangguan dan ketidaknyamanan bagi
peserta didik dalam berinteraksi dengan teman sekelas, teman sekolah, guru dan
masyarakat sekitar. Gangguan tersebut dapat berasal dari diri anak sendiri
seperti faktor “X” yang dimiliki oleh
anak ataupun dapat juga berasal dari lingkungan seperti anak yang hidup dalam perceraian
orang tua, kekerasan dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini guru
dituntut untuk mengetahui sifat dan latar belakang yang terdapat pada anak
tersebut sehingga kesulitan belajar dapat teratasi dan penilaian masyarakat
terhadap lembaga pendidikan tersebut akan menjadi lebih baik.
Untuk mencari penjelasan tentang konsep guru idola
tersebut dapat kita awali dengan memahami pengertian antara “guru” dan “idola”. Menurut analisa penulis bahwa guru adalah seseorang yang
memiliki kemampuan dalam mentransferkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik
dengan menerapkan konsep pembelajaran untuk mencapai tujuan. Sedangkan kata
idola menurut Kamus Buku Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti “menjadi
pujaan/dambaan”. Oleh karena itu guru idola dapat diartikan sebagai seseorang
yang memiliki kemampuan dalam pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta
didik sehingga mereka nyaman dalam melaksanakan pembelajaran dan dengan
keberadaan guru tersebut dapat menjadi motivator sekaligus teman yang setia
bagi peserta didik. Dengan kata lain bahwa kehadiran guru tersebut lebih
bermakna di hadapan peserta didik bila dibandingkan dengan teman bermain.
Untuk menjadi seorang guru idola memang tidak mudah.
Dibutuhkan komitmen dan semangat juang dari seorang guru dengan dilandasi sifat
sabar dan ikhlas. Selain memiliki kompetensi yang dimiliki oleh lazimnya
guru-guru yang lain, guru idola harus mampu menjadi motivator bagi peserta
didik dan mampu membangkitkan semangat belajar pada diri peserta didik untuk
mengembangkan potensi pada dirinya agar menjadi orang baik dan lebih baik. Kemampuan guru dalam mengetahui faktor “X’
yang menimbulkan gangguan belajar pada anak tersebut dapat diatasi dengan baik
jikalau guru idola sudah bisa bergaul selayak teman sebaya, bermain, dan
tertawa bersama.
Menjadi sosok “Guru Idola”
Untuk menjadi seorang guru idola tidak seperti
membalik telapak tangan. Dibutuhkan waktu dan proses yang lama untuk bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan anak. Namun untuk menjadi seorang guru
idola tersebut penulis memberikan beberapa tips sebagai berikut :
1. Mengetahui
kondisi psikologis anak (peserta didik) 2. Memiliki
konsep yang jelas tentang motivasi kepada anak. 3. Membiasakan
bertutur kata baik, lemah lembut dan sopan. 4. Membiasakan
berkata jujur dan memberikan alasan yang kuat. 5. Membiasakan
mengakui kesalahan. 6. Membangun
kenyamanan dan kegembiraan dalam kelas maupun di luar kelas.
Dari tips tersebut
kita dapat mengintrospeksi diri kita masing-masing yang notabene keseharian
kita bergaul dengan lingkungan anak. Semuanya dapat kita wujudkan ketika ada sebuah
komitmen yang kuat dalam diri kita. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
bagi kemajuan dunia pendidikan.